Monday, August 31, 2009

Apa sih public speaking itu??

Menurut buku karangan G. Sukadi berjudul “Public Speaking bagi Pemula”, public speaking atau berbicara di depan umum, tidaklah membutuhkan bakat khsusus. Jika dianalogikan, public speaking seperti belajar naik sepeda. Latihan yang teratur dan tekunlah yang akan menjadikan kita pandai berbicara.

Sebagaimana tujuan komunikasi pada umumnya, tujuan orang berbicara di depan umum adalah agar orang lain memiliki ide seperti yang dimiliki pembicara. Dengan kata lain, tercipta persamaan dalam ide. Pembicara dan audience sama-sama memiliki ide yang sama.

Persoalan yang banyak dijumpai oleh pemula pada umumnya justru persoalan yang datang dari dirinya sendiri. Apakah itu?

Tipe kelinckelincii

Persoalan diri sendiri yang pertama kali harus didobrak adalah bersikap seperti kelinci, yaitu menolak setiap kesempatan untuk tampil. Kelinci akan selalu lari bersembunyi sebelum berhadapan dengan musuhnya. Jika kita tidak berani mendobrak sikap ini, rasa takut tersebut tidak akan pernah hilang. Oleh karena itu, jangan pernah tolak setiap kesempatan yang datang. Carilah kesempatan tersebut, rebut dan ciptakanlah kesempatan!

Belum terbiasa

setelah mencoba untuk tampil di depan umum, belum tentu cukup untuk mengurangi rasa takut. Bagaimana caranya untuk semakin mengurangi rasa takut tersebut? Perbanyaklah jam terbang. Ambillah setiap kesempatan yang ada.

Mungkin akan timbul pertanyaan, apakah pembicara yang sudah biasa tampil, yang sudah berpengalaman, sama sekali bebas dari rasa takut itu? Jawabnya, tidak. Yang sudah berpengalaman pun tidak sama sekali bebas dari perasaan itu. Mereka juga merasakan ketakutan, tetapi porsinya lebih sedikit, dan perasaan tersebut justru dimanfaatkan untuk mempertinggi kewaspadaan.

Pemahaman yang keliru

Banyak pembicara yang memiliki pemahaman yang keliru tentang berbicara di depan umum. Pemahaman atau anggapan ini bisa jadi menolong pembicara mengatasi kesulitan yang dihadapi. Namun, pada umumnya hanya bersifat sesaat. Anggapan macam apakah itu?

Yang sangat umum kita dengar adalah nasihat untuk memperlakukan audience sebagai orang-orang yang lebih bodoh dari si pembicara. Bahkan, ada yang menganjurkan agar menganggap audience sebagai batu nisan atau kawanan kerbau. Ada pula yang beranggapan bahwa seseorang yang tampil harus pandai bermain sandiwara, meniru atau mencontoh pembicara lain yang dianggapnya baik. Pembicara yang memiliki pemahaman seperti ini, dapat saja menjadi semakin percaya diri. Lalu mereka dapat berbicara dengan bebas, keras, dan sangat lancar. Tetapi pada kenyataannya hal ini hanya bersifat semu.

Lalu, yang tepat seperti apa?

Kembali ke pengertian tentang berbicara di depan public pada umumnya, yaitu kegiatan menyampaikan ide secara tatap muka kepada publik.

Kurang persiapan

Sepandai apapun seorang pembicara, tdak bisa tampil secara optimal jika tidak ada persiapan.

Beberapa keuntungan jika kita melakukan persiapan antara lain:

1. Persiapan akan memberi inspirasi untuk mempelajari dan menyelidiki bahan secara teliti
2. Persiapan akan memberikan rasa tenang dan percaya diri
3. Persiapan akan mempermudah dalam penyajian ide di depan publik
4. Persiapan akan menjadikan kita happy
5. Persiapan akan menolong keluar dari tempurung kepicikan kita sendiri

Kondisi tidak sehat

Emosi pembicara yang tidak stabil akibat kondisi yang tidak sehat, tidak menguntungkan. Karena pembicara harus menjadi pengendali emosi dan situasi audience.

Motivasi tidak kuat

Berkali-kali tampil tetapi tanpa motivasi yang jelas dan kuat tak akan banyak hasilnya. Seorang pembicara perlu memiliki motivasi. Ada banyak motivasi yang dapat mendorong seseorang tampil sebagai pembicara, namun tidak semua motivasi itu kuat, seperti: menarik perhatian, mencari nama, memperebutkan kedudukan, mencari uang, dan sebagainya. Pembicara dengan motivasi kuat akan bekerja dengan sungguh-sungguh dan tidak putus asa. Mereka akan terus menerus meningkatkan diri untuk menjadi pembicara yang tangguh

Menyia-nyiakan bakat khusus

Ada banyak pembicara yang berhasil menarik perhatian audiencenya dengan memanfaatkan secara bijak kemampuan khususnya. Tidak ada yang melarang seorang pembicara menyanyikan sebait lagu jika memang suaranya bagus. Anda bisa menyisipkan humor-humor yang dimiliki sewaktu berbicara di atas mimbar. Hal tersebut berguna untuk mengendorkan ketegangan audience.

Semoga bermanfaat,

Salam hangat,

Ade

Tantowi Yahya Public Speaking School

sumber : http://tantowi-yahya.com/tips/tipsps/apa-sih-public-speaking-itu/

0 comments:

Post a Comment