Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat: “Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi”. Mereka berkata: “Mengapa Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, padahal kami senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan mensucikan Engkau?” Tuhan berfirman: “Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui”. (Q.S. Al-Baqarah: 30)
Manusia diciptakan Allah untuk menjadi khalifah di muka bumi. Manusia bertugas menyuburkan bumi dengan menjalankan syariat. Untuk menjalankan tugasnya itu manusia dilengkapi dengan perangkat yang sempurna. Perangkat itu dianugerahkan Allah secara bertahap, agar manusia dapat memiliki waktu untuk mengembangkan potensinya itu.
Pada saat lahir manusia belum bisa melihat dan juga berbahasa seperti sekarang. Mereka baru bisa mendengar. Setelah pendengarannya berkembang, diberikanlah penglihatan. Kemudian mulailah ia mengembangkan organ-organ geraknya agar dapat berdiri dan berjalan. Kemudian setelah ia mendapatkan informasi berupa suara, warna, rasa, bau, dan tekstur, mulailah ia memiliki kemampuan berbahasa seperti kita saat ini. Aqalnya terus berkembang sehingga ia dapat membedakan mana yang baik dan mana yang buruk. Dia mulai dapat mempelajari hidup. Dia mulai dapat mengingat, membaca, kemudian memperoleh informasi lebih banyak lagi. Aqalnya semakin berkembang. Pada saat aqalnya berkembang inilah seharusnya manusia diajarkan tentang Allah dan syariat yang dibebankan kepadanya. Sebab pada masa ini nafsu dan emosi manusia belum sempurna, sehingga aqal masih dapat mendominasi fikirannya. Seperti kita ketahui, aqal adalah elemen hati yang patuh kepada Allah. Walaupun pada masa tersebut (masa tamyiz) manusia sudah memiliki emosi dan keinginan, tetapi emosi dan keinginannya belum sempurna. Dia belum memiliki keinginan seks –yang sempurna. Dia baru memiliki keinginan makan, minum, perasaan sayang yang tulus, perasaan marah, sedih, senang, dsb. Jika pada masa ini, manusia diberi informasi dan pelatihan yang cukup tentang Allah, syariat, akhlaq mulia, tugas manusia, Inysa Allah manusia tersebut akan mudah menjalankan tugas-tugasnya sebagai khalifah di muka bumi. Tetapi jika tidak, mungkin menjelang saatnya ia bertugas ia akan mengalami kegoncangan yang sangat berat sehingga mengakibatkan ia lalai akan tugasnya sebagai khalifah di muka bumi. Nafsu, yang berfungsi untuk menggerakkan manusia agar berkembang-biak dan membangun bumi, menjadi tidak terkendali. Maka sangat penting untuk mengembangkan aqal secara maksimal pada tahap-tahap awal.
Setelah kedewasaan aqal dan emosi berkembang, mulailah saatnya manusia mengalami kedewasaan nafsu. Mulailah nafsu dan tubuhnya menjadi sempurna. Ia mulai memahami dan mengalami apa yang disebut syahwat terhadap lawan jenis. Mulai saat itulah ia harus berdiri menjalankan tugasnya sebagai khalifah. Ia harus melaksanakan segala syariat yang telah dibebankan kepadanya, mengolah bumi agar terwujud kedamaian, melestarikan keturunan manusia, menyuburkan bumi.
Tetapi ada satu hal yang mungkin dilupakan banyak manusia, yaitu kedewasaan ruh. Kedewasaan ruh seharusnya sudah berkembang sejak manusia itu lahir. Tetapi ternyata tidak semua manusia berkembang dengan pesat di waktu dini dalam hal ini. Mungkin hanya ruh para nabi dan rasul saja yang berkembang pesat ruhnya di saat masih bayi. Sedangkan yang lain ada yang setelah berumur tujuh tahun, barulah berkembang dengan sangat cepat; ada pula yang pada saat menjelang baligh, ada yang saat telah baligh, ada yang setelah berumur 30–an, ada yang setelah berumur 40–an, dan ada pula yang ruhnya malah makin kerdil, tidak berkembang. Padahal perkembangan ruh ini adalah yang sangat penting sekali. Ruh inilah yang di dalamnya terdapat potensi pengenalan terhadap Allah Yang telah mencipta segalanya. Ruh inilah yang akan mencintai Allah. Dan itulah tujuan manusia diciptakan, agar mereka mengenal Allah. Dengan mengenal Allah, ibadah dan perjalanan kita tidak salah alamat. Dengan syariat Allah, ibadah dan perjalanan kita tidak salah cara. Bagaimanakah Anda dapat mengantarkan suatu barang kepada seseorang jika Anda tidak mengenal orang itu dan tidak tahu cara memberikan barang itu, bahkan Anda tidak tahu apa barang yang Anda antarkan?
Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka menyembah-Ku. Aku tidak menghendaki rezki sedikitpun dari mereka dan Aku tidak menghendaki supaya mereka memberi Aku makan. Sesungguhnya Allah Dialah Maha Pemberi rezki Yang Mempunyai Kekuatan lagi Sangat Kokoh. (Q.S. Adz Dzariyat: 56-58)
Allah mengajarkan manusia untuk menyembahNya agar manusia tidak menyembah yang selainNya. Sebab menyembah dan mencintai yang selain Dia akan menyebabkan manusia menjadi resah-gelisah dan gundah-gulanah. Sesungguhnya dunia ini fana. Dunia hanyalah fatamorgana, khayalan, imajinasi. Mencintai yang fana akan membuat kita takut kehilangan. Dan dunia memang pasti akan sirna. Tetapi dengan berpegang kepada Allah Yang Kekal, kita akan merasa mantap.
Semua yang ada di bumi itu akan binasa. Dan tetap kekal Wajah Tuhanmu yang mempunyai kebesaran dan kemuliaan. (QS. Ar-Rahman: 26-27)
Seharusnya kita sadar bahwa kita hanyalah suatu ciptaan. Allah menciptakan kita bukan sekedar iseng. Allah menciptakan kita untuk suatu yang besar, untuk menjadi khalifah di muka bumi. Tetapi kita sering melupakan Allah disebabkan kita terlalu asyik dengan pekerjaan kita.
Dan tidaklah Kami ciptakan langit dan bumi dan segala yang ada di antara keduanya dengan bermain-main. (Q.S. Al-Anbiya`: 16 atau Adh-Dhukhan: 38)
Maka biarlah mereka tenggelam (dalam kesesatan) dan bermain-main sampai mereka menemui hari yang dijanjikan kepada mereka.( Q.S. Az-Zukhruf: 83 atau Al-Ma’aarij: 42)
Sesungguhnya Kami telah mengemukakan amanat kepada langit, bumi dan gunung-gunung, maka semuanya enggan untuk memikul amanat itu dan mereka khawatir akan mengkhianatinya, dan dipikullah amanat itu oleh manusia. Sesungguhnya manusia itu amat zalim dan amat bodoh. (Q.S. Al-Ahzab: 72)
Â
http://artikelislami.wordpress.com
Manusia diciptakan Allah untuk menjadi khalifah di muka bumi. Manusia bertugas menyuburkan bumi dengan menjalankan syariat. Untuk menjalankan tugasnya itu manusia dilengkapi dengan perangkat yang sempurna. Perangkat itu dianugerahkan Allah secara bertahap, agar manusia dapat memiliki waktu untuk mengembangkan potensinya itu.
Pada saat lahir manusia belum bisa melihat dan juga berbahasa seperti sekarang. Mereka baru bisa mendengar. Setelah pendengarannya berkembang, diberikanlah penglihatan. Kemudian mulailah ia mengembangkan organ-organ geraknya agar dapat berdiri dan berjalan. Kemudian setelah ia mendapatkan informasi berupa suara, warna, rasa, bau, dan tekstur, mulailah ia memiliki kemampuan berbahasa seperti kita saat ini. Aqalnya terus berkembang sehingga ia dapat membedakan mana yang baik dan mana yang buruk. Dia mulai dapat mempelajari hidup. Dia mulai dapat mengingat, membaca, kemudian memperoleh informasi lebih banyak lagi. Aqalnya semakin berkembang. Pada saat aqalnya berkembang inilah seharusnya manusia diajarkan tentang Allah dan syariat yang dibebankan kepadanya. Sebab pada masa ini nafsu dan emosi manusia belum sempurna, sehingga aqal masih dapat mendominasi fikirannya. Seperti kita ketahui, aqal adalah elemen hati yang patuh kepada Allah. Walaupun pada masa tersebut (masa tamyiz) manusia sudah memiliki emosi dan keinginan, tetapi emosi dan keinginannya belum sempurna. Dia belum memiliki keinginan seks –yang sempurna. Dia baru memiliki keinginan makan, minum, perasaan sayang yang tulus, perasaan marah, sedih, senang, dsb. Jika pada masa ini, manusia diberi informasi dan pelatihan yang cukup tentang Allah, syariat, akhlaq mulia, tugas manusia, Inysa Allah manusia tersebut akan mudah menjalankan tugas-tugasnya sebagai khalifah di muka bumi. Tetapi jika tidak, mungkin menjelang saatnya ia bertugas ia akan mengalami kegoncangan yang sangat berat sehingga mengakibatkan ia lalai akan tugasnya sebagai khalifah di muka bumi. Nafsu, yang berfungsi untuk menggerakkan manusia agar berkembang-biak dan membangun bumi, menjadi tidak terkendali. Maka sangat penting untuk mengembangkan aqal secara maksimal pada tahap-tahap awal.
Setelah kedewasaan aqal dan emosi berkembang, mulailah saatnya manusia mengalami kedewasaan nafsu. Mulailah nafsu dan tubuhnya menjadi sempurna. Ia mulai memahami dan mengalami apa yang disebut syahwat terhadap lawan jenis. Mulai saat itulah ia harus berdiri menjalankan tugasnya sebagai khalifah. Ia harus melaksanakan segala syariat yang telah dibebankan kepadanya, mengolah bumi agar terwujud kedamaian, melestarikan keturunan manusia, menyuburkan bumi.
Tetapi ada satu hal yang mungkin dilupakan banyak manusia, yaitu kedewasaan ruh. Kedewasaan ruh seharusnya sudah berkembang sejak manusia itu lahir. Tetapi ternyata tidak semua manusia berkembang dengan pesat di waktu dini dalam hal ini. Mungkin hanya ruh para nabi dan rasul saja yang berkembang pesat ruhnya di saat masih bayi. Sedangkan yang lain ada yang setelah berumur tujuh tahun, barulah berkembang dengan sangat cepat; ada pula yang pada saat menjelang baligh, ada yang saat telah baligh, ada yang setelah berumur 30–an, ada yang setelah berumur 40–an, dan ada pula yang ruhnya malah makin kerdil, tidak berkembang. Padahal perkembangan ruh ini adalah yang sangat penting sekali. Ruh inilah yang di dalamnya terdapat potensi pengenalan terhadap Allah Yang telah mencipta segalanya. Ruh inilah yang akan mencintai Allah. Dan itulah tujuan manusia diciptakan, agar mereka mengenal Allah. Dengan mengenal Allah, ibadah dan perjalanan kita tidak salah alamat. Dengan syariat Allah, ibadah dan perjalanan kita tidak salah cara. Bagaimanakah Anda dapat mengantarkan suatu barang kepada seseorang jika Anda tidak mengenal orang itu dan tidak tahu cara memberikan barang itu, bahkan Anda tidak tahu apa barang yang Anda antarkan?
Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka menyembah-Ku. Aku tidak menghendaki rezki sedikitpun dari mereka dan Aku tidak menghendaki supaya mereka memberi Aku makan. Sesungguhnya Allah Dialah Maha Pemberi rezki Yang Mempunyai Kekuatan lagi Sangat Kokoh. (Q.S. Adz Dzariyat: 56-58)
Allah mengajarkan manusia untuk menyembahNya agar manusia tidak menyembah yang selainNya. Sebab menyembah dan mencintai yang selain Dia akan menyebabkan manusia menjadi resah-gelisah dan gundah-gulanah. Sesungguhnya dunia ini fana. Dunia hanyalah fatamorgana, khayalan, imajinasi. Mencintai yang fana akan membuat kita takut kehilangan. Dan dunia memang pasti akan sirna. Tetapi dengan berpegang kepada Allah Yang Kekal, kita akan merasa mantap.
Semua yang ada di bumi itu akan binasa. Dan tetap kekal Wajah Tuhanmu yang mempunyai kebesaran dan kemuliaan. (QS. Ar-Rahman: 26-27)
Seharusnya kita sadar bahwa kita hanyalah suatu ciptaan. Allah menciptakan kita bukan sekedar iseng. Allah menciptakan kita untuk suatu yang besar, untuk menjadi khalifah di muka bumi. Tetapi kita sering melupakan Allah disebabkan kita terlalu asyik dengan pekerjaan kita.
Dan tidaklah Kami ciptakan langit dan bumi dan segala yang ada di antara keduanya dengan bermain-main. (Q.S. Al-Anbiya`: 16 atau Adh-Dhukhan: 38)
Maka biarlah mereka tenggelam (dalam kesesatan) dan bermain-main sampai mereka menemui hari yang dijanjikan kepada mereka.( Q.S. Az-Zukhruf: 83 atau Al-Ma’aarij: 42)
Sesungguhnya Kami telah mengemukakan amanat kepada langit, bumi dan gunung-gunung, maka semuanya enggan untuk memikul amanat itu dan mereka khawatir akan mengkhianatinya, dan dipikullah amanat itu oleh manusia. Sesungguhnya manusia itu amat zalim dan amat bodoh. (Q.S. Al-Ahzab: 72)
Â
http://artikelislami.wordpress.com